Headlines News :
Home » , , » Kisah Inspiratif dari Anak Papua: Tolak Jadi Wagub, Pilih Tinggal di Gubuk.

Kisah Inspiratif dari Anak Papua: Tolak Jadi Wagub, Pilih Tinggal di Gubuk.

Written By Unknown on Thursday, February 27, 2014 | 11:31 AM

         Oleh: Alfred Pekei

Drg. Aloysius Giyai, M.Kes
Malang, OPM News--- - Aloysius Giyai tidak pernah bermimpi menjadi seorang dokter bahkan memimpin sebuah rumah sakit di kampung halamannya, Papua. Pria kelahiran Kampung Onago Kabupaten Deiyai Papua 8 September 1981 ini bercerita bagaimana dirinya menjadi Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Abepura, Papua.

Tahun 1990, pria yang kini berstatus sebagai dokter gigi (drg) dan bergelar Magister Kesehatan itu, turun gunung pergi ke Surabaya, Jawa Timur mendapatkan kesempatan dari pemerintah daerah Papua untuk berkuliah di fakultas kedokteran Univesitas Airlangga.  Kenapa Jawa? Alasannya cukup sederhana, merantau jauh ke Pulau Jawa hanya ingin melihat pabrik sarden dan mie.

"Saya sebenarnya bukan mau jadi dokter gigi juga, cuma orangtua bilang pergi lihat pabrik sarden dan supermie di Jawa, jadi Pemda mengirim saya jadi dokter di Universitas Erlangga," kata pria yang kini memiliki empat orang anak ini.

Dirinya merasa senang karena tujuannya melihat pabrik sarden dan Supermie akhirnya terpenuhi. "Jadi saya tujuannya bukan jadi dokter gigi, juga tujuannya bagaimana bisa lihat pabrik sarden dan supermie," imbuhnya.

Merantau ke Pulau Jawa, menimba ilmu kedokteran juga tidak pernah berada dalam benaknya. Ketika duduk di bangku SD, orangtuanya selalu mengatakan dirinya harus melihat pabrik sarden dan supermie di Pulau Jawa. Ia baru paham dengan sekolah tinggi akan mengubah kehidupannya setelah duduk di bangku SMP, tetapi saat itu pun belum terpikir menjadi seorang dokter.

"Itu kan cita-citanya mau lihat pabrik sarden dan supermie, mau jadi dokter itu SMP, baru kepikiran oh sekolah itu bisa dapat gelar, bisa jadi apa, itu saja," ujarnya sambil melempar senyum.


Sebelumnya ia sempat berfikir negatif tentang orang-orang yang berada di Jawa dan Sulawesi sebelum mengenyam pendidikan di Surabaya. Adanya perbedaan mencolok tentang kehidupan tentunya membuat pandangan negatif tersebut terpatri di dirinya.

"Setelah saya sekolah di Surabaya kan jadi rindu sama mereka (kawan di kampung halaman semasa SMP), karena mereka sudah bersahabat lama dengan mereka, biasa mengenyam pendidikan bersama mereka," ujarnya.

Sepulangnya dari Jawa dengan memegang gelar dokter, dirinya mulai berpikir bagaimana dirinya membangun kesehatan masyarakat Papua. Ia pun mendapatkan tugas di Kota Jayapura. Sebagai orang pertama yang menjadi dokter dari kampung halamannya, dirinya ingin berbuat sesuatu untuk masyarakatnya,

"Saya abaikan semua kepentingan saya, saya hidup dipemondokan, kost-kostan walau sudah menjadi dokter, sampai hari ini juga masih di gubuk padahal sudah menjadi direktur rumah sakit selama lima tahun, rumah-rumah dinas saya serahkan pada dokter-dokter spesialis, pada dokter-dokter saya,
 kepala-kepala bidang saya, biarlah saya di gubuk cukup," ungkapnya.

Berbagi untuk sesama dan mengabdikan diri untuk orang banyak menjadi tujuan dirinya. Bagi dirinya jangan pernah bermimpi bisa berbuat sesuatu yang baik bagi orang lain, selama diorganisasi terkecil belum pernah melakukan hal-hal kecil. Hal tersebutlah yang membuat dirinya menolak dicalonkan menjadi kepala daerah di wilayahnya.



"Saya kemarin mau dicalonkan menjadi wakil gubernur. Kenapa saya tolak? karena diri saya belum terisi berbagai hal yang jadi penopang saya, sesungguh saya belum melakukan untuk unit kerja saya diseluruhnya yang bermanfaat. Kalau menurut orang muslim belum bekerja untuk ukhuwah islamiyah untuk persaudaraan," ungkapnya.

sumber :  http://www.tribunnews.com,..
Share this article :

0 komentar:

SPEAK UP YOUR MIND

TELL US WHAT YOU'RE THINKING... !

 
Support : FREE WEST PAPUA | IPMAPA | OPM(Orang Papua Malang)
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. IPMAPA MALANG - All Rights Reserved
Template Design by Mr.YOGIX FWP Published by IPMAPA MALANG RAYA