1. Pendahuluan
Mamberamo merupakan pulau terbesar di pulau Papua sebagian pulau ini sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikenal sebagai Provinsi Papua dan beberapa tahun lalu di mekarkan menjadi duaProvinsi. Sungai ini diyakini sebagai sungai terlebar di Indonesia. Sumber daya yang terdapat di sepanjang sungai tersebut merupakan pertemuan berbagai sungai yang ada di hulu sungainya Tariku dan Taritatu. Sungai tersebut mengalir ke utara menuju lembah yang terbentang luas dan melintasi pegunungan Van Rees sebelum sampai ke hilir sungai dengan topography rendah dan berlumpur serta berbentuk delta. Akhirnya, sungai tersebut berakhir di Samudra Pasifik pada tanjung Poin DUrville.
Delta Mamberamo merupakan hasil dari sebuah fenomena alam yang diperkirakan berukuran 950.000 hektar yang menutupi 12% cekungan Mamberamo. Kawasan ini terletak pada sekitar 13621 "14049" garis lintang dan 127 432 136&rsquo21 garis bujur dari provinsi Papua. Daerah tersebut tidak diragukan lagi sebab daerah tersebut kaya akan sumber daya alam dan lingkungan yang potensial untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan perekonomian khususnya di Provinsi Papua dan Indonesia pada umumnya.
2. Kondisi Lingkungan Alami
2.1. Cekungan Mamberamo
Cekungan Mamberamo basin yang berperan sebagai tempat penangkapan air ini memiliki luas 7,7 ribu hektar (delta terbesar di Provinsi Papua) yang membentuk delta maberamo serta terhubung dengan cekungan daratan dan beberapa danau alami. Salah satu dari sungai-sungai tersebut disebut Sungai Rombebay, yang dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan. Pengangkatan dari cekungan tersebut berkisar antara 0 m asl pada bagian utara hingga 5.000 m asl di bagian selatan cekungan.
Keunikan di dalam danau dikelilingi oleh pegunungan dan perbukitan Mamberamo. Kawasan ini sudah ditemukan dengan sejarah pembentukan geologi yang cukup ruwet dengan pergerakan lempengan tektonik New Guinea, Australia dan Kawasan Pasifik.
Permukaan geologi di sekitar pegunungan Foja terbentuk dari batuan resistant, intusive plutonic dan metamorphic. Batuan tersebut dikelilingi oleh sedimen arenaceous atau argillaceous.
Litologi di cekungan tersebut didominasi oleh batuan vulkanik tua dan sedimen yang sudah memadat yang terdapat di bagian Utara dan Selatan lempengan. Bentuk ini dapat ditemukan di kampong Kwerba dan lokasi ini dijadikan sebagai sampling. Batuan di kampung tersebut memiliki sedikit rendah rembesan sementara batuan kuarsa di kampung tersebut memiliki rembesan yang tinggi. Di tengah &ndash tengah lempengan Papasena terletak di sedimen tersemikonsulidasi dan membentuk lempeng hingga batu koral denga tiingkat rembesan yang rendah. Dabra memiliki sumber daya batuan igneous atau metamorphic yang didominasi oleh granit, dionit, gabro, schist, dan quartzite dengan tingkat rembesan yang sangat rendah.
Pada umumnya produktifitas sumber daya air mineral di lempengan ini . Sumber daya air bawah tanah tersebut belum belum dimanfaatkan. Situasi ini didukung oleh peta persediaan (debit) sumber daya air di lempengan tersebut menujukan debit air yang rendah. Persediaan sumber daya air tersebut dibatasi oleh dua lapisan yang tidak dapat ditembusi air. Quantitas debit air terbesar terlihat hanya di daerah tidak berbatasan dengan tempat penampungan air untuk di Taritatu (di tengah &ndash tengah) dan di Lempeng Warem Demta (di bagian utara).
2.2. Iklim di Mamberamo
Curah hujan terendah mencapai 600mm. Curah hujan tersebut dicatat pada bagian utara lempeng yang memiliki topografi yang datar. Curah hujan tertinggi mencapai 5,300mm tercatat di bagian pegunungan tepatnya di bagian utara lempengan tersebut. Sementara itu curah hujan minimal setiap bulan adalah 220 tercatat pada bulan Oktober dan curah hujan maksimal setiap bulan adalah lebih dari 300 terjadi pada bulan Maret Kondisi ini menunjukkan bahwa perbedaan curah hujan di setiap bulan sangat sedikit.
Curah hujan tahunan di daerah ini menciptakan sumber daya energi yang berlimpah dan tidak ternilai harganya, sejauh curah hujannya stabil setiap tahun. Kondisi tropis di kawasan delta sungai Mamberamo. Seluruh bagian hulu dan tengah sungai didominasi oleh topografi pegunungan serta hutan hujan tropis. Sementara itu, pada bagian hilir didominasi oleh dataran rendah yang berlumpur.
2.3. Sistem Air di Mamberamo
Sungai utama di lempeng Mamberamo membentuk alphabet T aksara yang terbentuk dari dua sungai besar, yakni sungai Tariku (yang sebelumnya di sebut Sungai Rouffaer) pada bagian barat dan mengalir kearah timur. Dan Sungai Taritatu (sebelumnya disebut Sungai Idenburg) di bagian timur serta mengalir secara merata kearah barat. Kedua sungai tersebut bergabung kembali di danau yang datar dan selanjutnya membentuk Sungai Mamberamo.
Sebelum mencapai dataran rendah, sungai ini melintas di antara dua tebing (Pegunungan Foja dan Van Rees) yang beberapa bagiannya dialiri arus yang deras namun masih dapat dikendalikan. Meskipun demikian, bagian yang terkenal dengan arusnya yang deras berada di Batavia.
Sungai tersebut mengalir pada kecepatan 450 Km/jam. Sungai ini dapat dimanfaatkan sepanjang untuk transportasi air hingga mencapai berat 30 ton, jika diangkut dari hilir ke hulu. Selain sungai tersebut. Di bagian bawah sungai ini ditemukan beberapa danau seperti Danau Rombebai yang berukuran 13,749 ha. Pada bagian tengah juga ditemukan sebuah danau yang disebut Danau Bira, berukuran 8,350 ha. Infrastruktur di sungai ini belum dibangun sehingga sungai ini belum dimanfaatkan secara baik.
2.4. Bentuk Delta Mamberamo
Delta Mamberamo merupakan kawasan yang unik di lempeng Mamberamo. Bentang alam di Delta Mamberamoarcuate or Fan-Delta Shape. Karakteristik Fan-Delta cembung ke arah laut, membentuk perisai bundar, mengalir landai dan tidak beraturan. Material terlarut terserap, melintasi sungai lain dan dangkal.
Delta Mamberamo terbentuk akibat sebuah fenomena alam dalam hal ini terbentuk karena geomorfologi fluvial dari sedimen teresterial yang terdesposisi dan materi yang mengalir ke Danau Rombebai, lalu danau &ndash danau kecil lainnya di daerah dataran rendah yang dialiri sungai hingga ke estuaria (bibir sungai berhubungan dengan laut).
Volume sedimen di Delta Mamberamo yang pasti dan perlu dipelajari lebih lanjut. Meskipun demikian, prosess formasi delta mamberamo sangat dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai, banyaknya sedimen yang dipindahkan, air di dasar estuari itu tenang, dangkal dan tidak terdapat gangguan tektonik.
2.5. Ekosistem Hutan di Manmberamo
Berdasarkan jarak pengangkatan kawasan Mamberamo terdiri dari enam formasi hutan. Formasi hutan hutan tersebut antara lain High montane forests letaknya diatas 4,000 m. Hutan semacam ini terfomasi di bagian hulu sungai Mamberamo tepatnya pada bagian tengah cordillera. Upper and lower montane forest terletak di kisaran 1,000 &ndash 3,000 m, terwakili secara rapi di sekitar pusat (termasuk daerah wapoga), seperti Pegunungan Foja dan daerah yang kurang luas tepatnya di pegunungan Van Rees. Hill forest, terletak pada kisaran ketinggian100-1,000 m. Hutan ini menutupi lingkaran sempit di bagian lereng terbawah sebelah utara pusat cordillera, namun kawasan ini merupakan bentang alam yang luas ke arah utara sungai Taritatu dan Tariku di kaki perbukitan Foja dan Van Ress. Lowland rain forest terletak pada kisaran ketinggian 0-100 m. Kawasan ini tidak terjepit oleh daerah ini dan tidak digenangi oleh banjir yang didesak oleh luapan danau. Sungai yang melintas di kawasan lembah yang rendah di tengah &ndash tengah sungai Mamberamo dan di daerah dimana sumber air berasal, yakni daerah tebing Pegunungan Foja dan Van Rees. Swamp forest dan formasi rawa lainnya mencakup daerah yang luas mengakibatkan depresi pada permukaan danau. Vegetasi tipe ini terjadi banjir musiman dari Mamberamo. Manggroves dapat ditemukan di Delta Mamberamo. Papua merupakan suatu kawasan memiliki sumber daya hutan bakau yang sangat luas di dunia, dengan 29 dari 34 hutan bakau ditemukan dan tercatat di Papua. Di dalam hutan bakau Mamberamo, habitat penting dapat ditemukan di Delta Mamberamo.
2.6. Land Use Pattern in Mamberamo
Hutan dan tutupan lahan memiliki luas lebih dari 90% dari dari cekungan (FWI 2004). Luasnya hutan rawa, dataran rendah dan hutan perbukitan, rawa, serta danau dan sungai yang didalamnya terdapat banyak spesies yang secara global terancam dan populasinya sangat sehat.
Bentuk pemanfaatan lahan di lempeng Mamberamo didominasi oleh hutan tropis sepanjang tahun. Tutupan hutan tropis tersebut menutupi sekitar 58% sebagian besar lempeng (gambar 8). Hutan rawa berada pada posisi ke dua dengan tutuan lahan seluas 14% dan diikuti oleh hutan tropis di bagian atas pegunungan, seluas 12% dari keseluruhan lempeng. Pemukiman dan lading &ndash lading menduduki posisi yang terakhir dengan luasan tutupan kurang dari 0,1% dari lempengan. Lahan yang tersisa dari lempeng tersebut adalah tanah gundul 1,2%, semak belukar 0,5%, lahan kering dan semak belukar 3,3%, hutan tropis di tepi gunung 3,3%. Penanaman 0,2%, hutan sup alpin 2%, rawa 0,1%, semak &ndash belukar 1,1% dan volume air 1%.
3. Potensi Ekonomi di Mamberamo
3.1. Biodiversitas
Pulau yang dijuluki The Island of New Guinea ini dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian barat sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sebelah timur sebagai Negara Merdeka Papua New Guinea. Secara Keseluruhan The Island of New Guinea merupakan hutan h tropis ke tiga di dunia yang diakui memiliki biodiversitas yang sangat tinggi di hutan belantaranya, setelah lempeng Amazone dan Congo (Mittermeier et al.2002).
Dari semua bidiversitas yang ditemukan di Indonesia (sebagai negara megabiodiversity), biodiversitas di Papua melebihi 50% dari yang lainnya. Kebanyakan spesies endemik ditemukan di Papua. Biodiversitas di Mamberamo terkenal dan mengesankan. Di lempeng Mamberamo ini terdapat margasatwa dan tumbuhan endemik Di sekeliling satwa- satwa tersebut, Pegunungan Foja dan Mamberamo terdapat lebih dari 100 spesies satwa menyusui.
3.2. Hutan
Keseluruhan hutan di Lempeng Mamberamo adalah 7,977,355 ha. Belakangan ini, sebagian besar hutan di Lempeng Mamberamo telah ditetapkan sebagai hutan lindung&rsquo Hutan tersebut memiliki luas 3,544,571 ha, or 44 %, diikuti oleh hutan konservasi dan dan untuk rekreasi seluas 2,304,475 ha, or 29 %, berbagai bentuk hutan produksi lainnya seluas 2,100,438 ha, or 26 %, hutan produksi terbatas seluas 578,667 ha or 7 %, hutan produksi permamen dengan luasan 372,813 ha or 5 %, hutan produksi yang dapat dikonversi dengan luasan 1,149,446 ha or 14 %, dan kawasan tdk berhutan seluas 27,379 ha or 1 % (FWI 2004).
Saat ini terdapat izin usaha kayu, yakni PT. Mamberamo Alas Mandiri. Perusahaan tersebut beroperasi di sekitarsungai seluas 382,300 ha. Menurut penilaian LPI, kegiatan yang dilakukan PT. Mambetamo Alas Mandiri sangat tidak ramah lingkungan.
3.3. Pertanian dan Tanah Warisan
Kawasan yang memiliki potensi pertanian di daerah ini berukuran 1,2 juta hektar yang dibagi 1,135,137 ha untuk penanaman padi dan 110,126 ha untuk penanaman kelapa sawit di sekitar danau Rombabei (Sheng 2003). Rendahnya produktivitas, efektivitas, resiko keamanan, aturan tradisional tentang tanah warisan (leluhur) dan kekurangan pekerja terdidik merupakan tantangan utama dalam pengembangan sektor pertanian di kawasan ini.
Saat ini terdapat satu lokasi perusahaan kelapa sawit yang masih aktif (beroperasi) di sekitar kawasan Mamberamo. Kedua perusahaan tersebut adalah PT Sinar Mas II yang lokasinya seluas 23,000 ha. Perusahaan tersebut berada disekitar lereh dalam koridor Mamberamo. Sementara itu penanaman komoditas yang potensial oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Komoditi tersebut antara lain kelapa, kopi, kapok, tebu, cengkeh dan pala. Selain itu, PT. Mega Surya Mas dengan luas areal 13.390 ha dan PT. Siringga &ndash ringgi dengan luas areal 19.279 sedang dalam tahap proses perijinan, Kedua perusahaan tersebut, secara administrasi berada di kawasan DAS Mamberamo tepatnya di desa Pagay distrik Lereh Kabupaten Jayapua.
3.4. Memancing dan Berburu
Memancing di delta sungai dan danau merupakan sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat di Mamberamo. Hasil tangkapan yng dikonsumsi memberikan asupan protein yang amat tinggi bagi bagi konsumen setempat. Alat yang digunakan untuk memancing adalah tombak, pengait, pancing, jarring ddan kadang &ndash kadang akar tuba. Jenis tangkapan ikan yang paling umum di daerah ini antara lain fork-tailed catfish (Arius uturus), carp (Cyprinus carpio) and tilapia (Oreochromis mossambicus). Aktifitas penangkapan ikan, dulunya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan protein, namun kini dilakukan untuk diperdagangkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lainnya.
Sementara itu aktivitas berburu memiliki peranan penting dalam pola mata pencaharian masyarakat Mamberamo. Berburu merupakan sumber penting lain untuk dapat memenuhi kebutuhan protein melalui menu makanan mereka. Tempat perburuan kaum pria, biasanya sangat jauh dari daerah perkampungan. Kebiasaan ini didasari oleh alasan &ndash alas an seperti hak atas warisan leluhur, keputusan manajemen tentang persediaan satwa, tempat perburuan yang tepat dan persediaan satwa yang sangat melimpah. Jenis satwa yang diburu antara lain buaya, babi hutan, kangguru hutan, bandicoots, kus &ndash kus tanah, cicak kecil dan keong. Namun secara praktis semua satwa yang berprotein di konsumsi oleh masyarakat setempat. Semua masyarakat yang berhubungan dengan jalur utama sungai Mamberamo mengadakan aktifitas ekonomi semacam ini sebagai sumber pendapatan langsung yang diandalkan (CI 2006).
3.5. Tambang dan Energi
Berdasarkan sudut pandang kondisi geologi, kawasan Mamberamo memiliki kandungan sumber daya mineral yang potensial, seperti metallic mineral, non metallic, mineral C (batu), batu gamping, dan batubara. Secara umum, lokasi keberadaan sumber daya mineral sudah ditemukan, namun penyebaran dan proporsi cadangan sumber daya tersebut masih membutuhkan penelusuran dan perlu dibuat peta geologi yang lebih detail. Potensi lain, pada cekungannya ditemukan gas bumi, namun belum di exploitasi.
Sungai Mamberamo sebagai sunber daya energy terbarukan, potensi hydropower di sungai ini cukup tinggi, mencapai 142,9 miliar m3. Potensi tersebut belum pernah direncanakan disajikan sebagai sumber energi yang dapat dikembangkan guna pengembangan industri besar sekaligus untuk keperluan pengairan bagi perkebunan dan persawahan terbesar di Asia. Berdasarkan berdasarkan ulasan Departemen Pekerjaan Umum (DPU) pemanfaatan hydropower di sungai Mamberamo dapat menghasilkan potensi energi sebesar kurang lebih 14,000 MW
4 Kegiatan social dan ekonomi di Mamberamo
4.1 Kegiatan ekonomi.
Kegiatan ekonomi skala kecil memang sudah ada, namun umumnya bersandar pada sumber daya alam yang ada. Aktivitas ekonomi di Mamberamo, biasanya dengan cara yang baik meskipun masyarakat pada umumnya lebih suka menukarkan barangnya dengan uang kontan. Meskipun demikian, jika pada suatu saat tiada seorang pun di kampung sekitar yang mengantongi uang, maka tidak ada cara lain selain barter.
Sumber : http://www.bapesdalh.papua.go.id
0 komentar:
SPEAK UP YOUR MIND
TELL US WHAT YOU'RE THINKING... !