1. Luas Kawasan Hutan
Luas kawasan hutan Papua berdasarkan Keputusan Menhutbun Nomor 891/Kpts-II/1999 seluas 42,224 juta Ha. Kawasan hutan tersebut dibagi dalam kelompok fungsi hutan lindung, hutan suaka alam dan pelestarian alam, hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat dikonversi dan kawasan perairan.
Penyebaran dan keadaan dari masing-masing tipe hutan di Indonesia adalah sebagai berikut:
i. Hutan hujan tropika, terdapat padawilayah yang mempunyai tipe iklim A dan B dengan curah hujan diatas 1.600 mmper tahun, pada berbagai jenis tanah antara lain podsol, latosol, podsolik,aluvial dan regosol dengan drainase yang cukup baik. Letak areal hutan hujan tropika ini biasanya cukup jauh dari pantai dan tidak dipengaruhi pasang surut air. Vegetasi didalamnya didominasi oleh jenis-jenis yang tidak menggugurkan daun, hijau sepanjang tahun (evergreen). Jenis-jenis dominan terdiri dari famili Dipterocrpaceae, Agathis, Pinus Merkusii, Podocarpus, Pometia, Instiabi juga dan lain-lain.
ii. Hutan gambut, terdapat diwilayah beriklim A dan B pada tanah organosol dengan lapisan gambut yang mempunyai ketebalan rata-rata 150 cm atau lebih, biasanya bersambung dengan hutan bakau dan pada umumnya terletak dibelakang hutan rawa. Daerah penyebarannya terutama di sekitar, muara S.Mamberamo dan muara S. Digul.Jenis-jenis tumbuhan yang banyak dijumpai pada tipe hutan ini antara lain Shoreaspp, Palaqium spp, Tetramerista glabra dan Koompassiana malaccensis.
iii. Hutan rawa,terdapat pada tanah alluvial yang selalu tergenang air tawar atau daerah yang sangat sering dilanda banjir, tepi danau. Tipe hutan ini tidak terpengaruh oleh perubahan iklim dan biasanya terdapat dibelakang hutan pantai. Daerah penyebarannya di daerah kepala burung dan bagian selatan Pulau Papua. Jenis-jenis Tumbuhan yang banyak ditemui pada tipe hutan ini diantaranya Palaqium telocarpum, Camnoperma macrophylla,Eugenia spp, Kompassia spp dan lain-lain.
iv. Hutan pantai,terdapat pada daerah-daerah kering dipinggir pantai pada tanah berpasir dan berbatu-batu diatas garis pasang surut. Jenis-jenis yang mendominasi tipe hutan ini antara lain Barringtonia speciosa,Terminalia cattapa, Callophylum inophylum, Pandanus spp dan lain-lain.
v. Hutan payau,tumbuh pada pantai dengan tanah lumpur atau pasir pada daerah yang selalu digenangi pasang surut air laut. Penyebaranya meliputi daerah Bintun (Provinsi Papua Barat), Waropen dan pesisir selatan Papua. Jenis-jenis utama penyusun tipe hutan ini adalah Avicenia spp, Sonneratia spp, Rhizophora spp dan Bruguieraspp.
Dengan kondisi yang ada saat ini, sumber daya hutan menjadi salah satu modal pembangunan baik dari segi produksi hasil hutan,maupun dari segi fungsinya sebagai plasma nutfah serta sistem penyangga kehidupan.
2. Perkembangan Penunjukan Kawasan Hutan
Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal,maka kawasan hutan dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan fungsinya yaitu :
I. Hutan produksi, yaitu kawasan hutan yang diperuntukkan bagi produksi kayu, rotan,getah, dan hasil hutan lainnya. Hutan produksi ini terdiri dari hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas dan meliputi 30 % dari luas kawasan hutan diPapua (kurang lebih 12.673.200 juta hektar).
II. Hutan lindung,yaitu kawasan hutan yang memiliki sifat fisik yang khas yang harus dijaga keberadaannya sehingga fungsinya terutama sebagai pengatur tata air, dapat dipelihara dan dipertahankan. Luas hutan lindung adalah 10.619.090 hektar atau 25 % dari luas seluruh kawasan hutan yang ada.
III. Hutan suaka alam dan hutan wisata, meliputi kawasan seluas kurang lebih 8.025.820 hektar atau 19% kawasan hutan di Indonesia. Kawasan hutan ini diperuntukan bagiperlindungan dan pelestarian sumber plasma nutfah dan sistem penyangga kehidupan, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan pariwisata.
IV. Hutan konversi yaitu kawasan hutan yang karena keadaan serta kemungkinan-kemungkinannya dapat dikonversi menjadi peruntukan lain seperti pertanian, perkebunan dan pemukiman. Luas hutan konversi saat ini kurang lebih 9.262.130 hektar atau 22% dari luas kawasan hutan yang ada di Indonesia.
3. Potensi Hutan Produksi
Total potensi hutan di Papua meskipun secara fisik cukup besar namun kurang ekonomis karena potensi per hektarnya sangat rendah yaitu 35 m�/ha untuk jenis komersial dan 61 m�/ha untuk semua jenis. Selain potensinya sangat rendah, sebagian besar kayunya terdiri dari jenis-jenis yang belum terkenal dipasaran (belum komersial), keadaan topografinya sangat berat dan pada sebagian besar wilayahnya tidak terdapat sungai yang dapat dijadikan sarana angkutan sehingga biaya eksploitasinya menjadi sangat tinggi. Sebagai perbandingan terhadap daerah lain potensi rata-rata per hektar tertinggi di Kalimantan yaitu 84 m�/ha(komersial) dan 90 m�/ha (semua jenis) disusul Sumatera yaitu 64 m�/ha(komersial) dan 79 m�/ha (semua jenis) dan Sulawesi untuk komersial dan semua jenis berturut-turut 44 m�/ha.
Pengelolaan hutan produksi lestari memerlukan perencanaan yang disusun berdasarkan padakondisi potensi hutan yang ada. Dengan demikian perhitungan potensi hutan bersama-sama dengan perhitungan kawasan hutan mempunyai peran yang sangat vital dalam perencanaan pengelolaan hutan produksi.
Jenis-jenis hasil hutan kayu yang dimanfaatkan dikelompokkan;
Kelompok Meranti terdiri dari; Matoa (Pometia spp.), Merbau (Instiaspp.), Mersawa (Anisoptera spp.),Kenari (Canarium spp.), Nyatoh (Palaquium spp.), Resak (Vatica spp.), Pulai (Alstonia spp.), Damar (Agathis spp.), Araucaria (Araucaria spp.), Kapur (Dryobalanops spp.), Batu (Shorea spp.), Mangga hutan (Mangifera spp.), Celthis (Celthisspp.), dan Kayu Cina (Podocarpus spp.)
Kelompok Kayu Campuran terdiri dari; Ketapang, Binuang, Bintangur, Terentang,Bipa, Kayu Bugis, Cempaka, Pala hutan.
Kelompok Kayu Indah terdiri darijenis; Dahu (Dracontomelon spp.),Linggua (Pterocarpus spp.), dan Kuku.Potensi kayu ini sudah dimanfaatkan, diusahakan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan industri pengolahan kayu.
4. Potensi Hasil Hutan Non Kayu
a. Potensi Rotan
Luas kawasan hutan yang merupakan habitat alam rotan seluas 2.215.625ha.Penyebaranrotanpada wilayah/lokasi berdasarkan hasil orientasi, cruising: KabupatenNabire (Sima, Yaur, S. Nauma, S. Buami, S. Wabi-Wammi, S. Wanggar), Kabupaten.Jayapura (Unurum Guay, Lereh, Pantai Timur), Manokwari (Masni, Bintuni,Ransiki, S. Kasi, S. Sima), Merauke(Ds. Poo, kg/ha 2.062,22 kg/ha.
Jenis-jenisrotan terdiri dari : Daemonorops,Korthalsia, Foser, Calamus sp., Sersus, Ceratolobus, Plectocomia, dan Myrialepsis. Potensi rotan belum dimanfaatkan secara optimal sehingga terbuka untuk investasi pemanfaatan rotan skala industri.
b. Potensi Hutan Sagu
Hutan sagu di Provinsi Papua luas sekitar � 4.769.548 ha(diperkirakan telah dimanfaatkan hutan sagu secara tradisional 14.000 ha).Potensi sagu kisaran 0,33 batang/ha sampai dengan 5,67 batang/ha. Penyebaran sagu terutama wilayah/lokasi, Kabupaten Jayapura (Distrik Sentani, Sarmi), Kabupaten Merauke (Distrik Kimaam, Asmat, Atsy, Bapan, Pantai kasuari), Kabupaten Waropendan sebagian besar tegakan sagu tumbuh pada daerah gambut pantai. Jenis-jenis tegakan sagu terdiri dari ; Metroxylonrumphii var silvester, Metroxylonrumphii var longispinum, Metroxylon rumphiimart, Metroxylon rumphii varmicrocantum dan Metroxylon sago rottb.Potensi sagu belum dimanfaatkan secara optimal sehingga masih dimungkinkan diusahakan dalam skala industri. Kegiatan industri untuk pemanfaatan sagu akan diusahakan di Kabupaten Nabire dan Kabupaten Mamberamo Raya oleh pihak swasta untuk pembuatan bahan bakar (bioenergy).
c. Potensi Nipah
Luas hutan yang ditumbuhi nipah diperkirakan seluas 1.150.000 ha. Potensi nipah belum dapat diketahui secara pasti (belum dilakukan inventariasi potensi). Pemanfaatan nipah belum dapat berkembang, masih tahap pemanfaatan masyarakat lokal berupa pemanfaatan daun dan buah untuk pembuatan minuman lokal yang beralkohol yang dikenal dengan nama label Papua Saguer/ Tuak. Pemanfaatan nipah untuk skala industri/besar masih terbuka untuk dikembangkan.
d. Potensi Kayu Lawang
Informasi potensi kayu lawang (Cinnamonum spp.) belum akurat (penyebaran alami sporadis). Hasil monitoring sentra-sentra produksi minyak lawang telah dapat diindentifikasi bahwa potensi kayu lawang cukup menjanjikan dan dapat dikembang menjadi hutan tanaman masyarakat setempat/ lokal. Sentra-sentra produksi dan penyebaran kayu lawang pada wilayah / lokasi terdiri dari : Kaimana, Fakfak, Sorong dan Manokwari (Papua Barat), Jayapura, Nabire, Merauke. Potensi Kayu Lawang masih dapat ditingkatkan pemanfaatannya.
e. Potensi Kayu Masoi
Informasi potensi kayu masoi belum akurat (penyebaran alami sporadis). Hasil monitoring sentra-sentra produksi kulit masoi telah dapat di indentifikasi bahwa potensi kayu masoi cukup menjanjikan dan dapat dikembang menjadi hutan tanaman masyarakat setempat. Sentra-sentra produksi dan penyebaran kayu masoi pada wilayah/lokasi terdiri dari ; Kab. Manokwari(Bintuni, Ransiki), Kaimana, Fakfak (Provinsi Papua Barat), Jayapura, Nabire.Potensi kayu masoi belum dimanfaatkan secara optimal sehingga masih terbuka investasi untuk pemanfaatan kayu masoi untuk skala industri.
f. Potensi Kayu Putih
Penyebaran kayu putih pada Kabupaten Merauke ( Kawasan Taman Nasional Wasur ). Potensi kayu putih memiliki tempat tumbuh alamiah di Taman Nasional Wasur. Daun kayu putih merupakan bahan baku pembuatan minyak kayuputih, yang dilakukan dengan cara penyulingan. Hasil penyulingan daun minyak kayu putih masyarakat dapat mencapai 125 kg atau 2,5 liter minyak kayu putih/hari. Jenis kayu putih terdiri dari Asteromyrtussimpocarpa, Melaleuca lecadendron. Potensi Hutan Papua
Sumber : http://www.bapesdalh.papua.go.id/
Home »
SDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
» Potensi Kehutanan
Potensi Kehutanan
Written By Unknown on Thursday, August 29, 2013 | 8:08 PM
Label:
SDA DAN LINGKUNGAN HIDUP
0 komentar:
SPEAK UP YOUR MIND
TELL US WHAT YOU'RE THINKING... !