“SEJARAH DIBUAT OLEH PELAKUNYA, BUKAN PENERUSNYA. PENERUSNYA HANYA MEMBERIKAN MAKNA, BUKAN MERUBAHNYA”
====================================
SELAYANG PANDANG MENGENANG PENDEKLARASIAN PERSIPURA 45 TAHUN SILAM (25 MEI 1965 – 2010)
Oleh: Ds. Mesach Koibur
I. SEKILAS
Pada ulang tahun saya ke 28 tanggal 25 Mei 1965 bertempat di Aula Gedung Sosial GKI (Sekarang mess GKI Jayapura) diadakan Doa Pengucapan Syukur dengan banyak undangan, khususnya perwakilan / utusan dari semua Perserikatan (Kesebelasan) daerah antara lain Sorong, Manokwari, Biak, Yapen Waropen, PSK Kayu Pulo, Tobati, Nafri, Asei, Ayapo.
Fokus kami adalah kesebelasan yang mantan anggota Voetbal Bond Hollandia (VBH). Sejak tahun 1952-1955 ketika bersekolah di Primaire Middlebare School (PMS) Kotaraja bersama teman-teman Barnabas Youwe, Hendrik Puy, Frans Ondi, David Hamadi, Izaskar Maryen ditambah teman-teman dari Lagere Technise School (LTS) kami mendirikan 2 (dua) kesebelasan, masing-masing : PELIKAN dan DOS (Door Oefening Sterk). Pelikan dan DOS juga menjadi anggota VBH aktif ikut kompetisi dan sangat disegani.
Kami sebagai Pendeta pada waktu itu mendapat tugas belajar ke Negeri Belanda dan teman saya Bas Youwe (Alm) menyelesaikan HBS dan Pertanidan tropis di Wageningen. Kamudian kami kembali berada di Hollandia, Kotabaru, Soekarnapura, Jayapura.
Di bulan Desember 1962 saya terpilih sebagai Sekretaris Umum dari Sinode Umum Gereja Kristen Injili di Tanah Papua disamping Pdt. F.J.S. Rumainum sebagai Ketua Umum.
Menjabat sebuah fungsi untuk melayani dan menggembalakan masyarakat diseluruh Tanah Papua sejak 1962-1970. Dan dalam situasi politik yang mahaberat sebagai akibat Trikora untuk mengembalikan Irian Barat, menyusul New York Agreement tanggal 15 Agustus 1962 dan pelaksanaan “Act of Free Choice” (Pepera) tanggal 14 Juli – 2 Agustus 1069.
Sebagai pimpinan GKI kami menyadari situasi yang mahaberat itu yang sangat mencekam, menekan, mengecewakan membuat frustrasi serta mematikan masa depan.
Dalam pergumulan berat muncul sebuah ide menolong mengorganisir pemuda-pemuda Papua lewat Kepanduan dan Sepakbola.
Disamping kesibukan di Sinode GKI saya juga menjabat sebagai Pimpinan Pandu Provinsi Nederlands NG yang sempat mengenyam Latihan Pandu Gill Well (Woodbadge) di Sydney Australia 1959. Sayangnya tidak aktif lagi setelah menyerahkan Kepanduan kepada Gerakan Pramuka tahun 1963 di Pasar Minggu Jakarta kepada Kakwarnas Hamengkubuwono IX.
Menyangkut sepak bola atas dasar pengalaman kami di PMS Kotaraja di VBH dan negeri Belanda terjadi kesepakatan untuk membentuk semacam Voetbal Bond Hollandia dan saudara Barnabas Youwe diberi tanggung jawab untuk mengadakan kontak dengan berbagai pihak (kesebelasan) serta mengorganisir Pelatihan-pelatihan. Sekolah-sekolah Menengah seperti STM merupakan perhatian utama mendapatkan pemain. Ternyata ada respon yang positif dari semua pihak mendukung agar dibentuk sebuah wadah untuk mempersatukan semua perserikatan.
Atas dasar itulah maka pada pertemuan 25 Mei 1965 secara resmi dibuat Deklarasi berdirinya PERSATUAN SEPAK BOLA JAYAPURA dan sekitarnya yang disingkat PERSIPURA.
II. VISI DAN MISI
Sesuai pergumulan sosial politik yang disinggung di atas, maka PERSIPURA yang berada di Ibu Kota Provinsi Papua mempunyai Visi dan Misi.
Visi: Siap menjadi pusat pengkaderan tenaga-tenaga profesional sebagai orang Papua dan dapat diakui harkat dan martabat dan harga dirinya sehingga terhindar dari rasa minder, frustrasi dan masa depan yang suram.
Misi: Menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas melalui kerjasama dengan Pemerintah (KONI) dan Organisasi Persepakbolaan Nasional (PSSI) dan internasional. Dan mengorganisir kompetisi antar Perserikatan / Club secara teratur demi mendapatkan tenaga-tenaga muda yang handal dan profesional.
III. BADAN PENGURUS
Untuk pertama kali ditetapkan sebagai Ketua Ds. Mesach Koibur dan sebagai Sekretaris saudara Barnabas Youwe merangkap Pelatih. Anggota-anggota terdiri dari semua Ketua Perserikatan. Sangat sederhana tapi yang penting bisa bergerak dan berjalan.
IV. MODAL DAN PERLENGKAPAN
Uang kami tidak punya atau belum ada uang. Tetapi semangat dan Persatuan dari semua kesebelasan itu yang menjadi modal penggerak. Apalagi sang Sekretaris yang merangkap Pelatih yang selama 24 jam terus berkeliling menghubungi dan menggerakan semua anggota diseluruh Jayapura ini. Mottonya yang selalu diketengahkan penuh humor adalah “One For Eleven, Eleven For One”
Kita bersyukur karena Keputusan Pemerintah Kabupaten Jayapura yang mengabdikan namanya menjadi STADION BARNABAS YOUWE.
Menyangkut perlengkapan (seragam) suatu ketika kami dipanggil Residen Soekarnapura, NAWAWI yang kemudian menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, beliau bertanya “Kami dengar Pak Koibur ada bentuk kesebelasan sepak bola, apa yang bisa saya bantu ?” Saya jawab “Kami perlu pakaian seragam, bola dan sepatu bola”. Bantuan inilah yang kemudian dipakai untuk try out pertama kali PERSIPURA ke Maluku dan Sulawesi Utara dengan hasil menang dan menang. Dengan demikian banyak pihak-pihak mulai buka mata serta melirik masuk ke Pengurus PERSIPURA. Tentang lapangan sepak bola milik PERSIPURA adalah lapangan sepak bola Argapura yang selalu dijaga dan kalau mau pakai harus minta izin Ketua PERSIPURA.
V. PENUTUP
Demikian selayang pandang mengenang masa lalu PERSIPURA yang indah walaupun penuh kesederhanaan. Doa Ku selalu menyertai mantan-mantan Pengurus dan Pemain PERSIPURA khususnya saudaraku Benny Yensenem yang memprakarsai Perayaan HUT 45 tahun Deklarasi PERSIPURA Jayapura yang juga merupakan Ulang Tahun saya yang ke 73 tahun. Tuhan Yesus tetap mengasihi kita dan akan terus memberkati PERSIPURA…
Penulis adalah Ketua Umum Persipura yang pertama.
Sumber :http://tabloidjubi.com
0 komentar:
SPEAK UP YOUR MIND
TELL US WHAT YOU'RE THINKING... !