Pulau Papua |
"Meskipun almarhum Muridan dan saya terus mendorong dibantu rekan-rekan lainnya, dialog damai Papua-Jakarta tetap akan gagal dilaksanakan jika Pemerintah Provinsi Papua dan Pemerintah Pusat tidak punya komitmen yang kuat," kata Ketua Jaringan Damai Papua, Pater Neles Tebay, Jayapura, Papua, Jumat (25/4/2014).
Pater Nelesmengatakan dialog lewat JDP
yang diinisiasi oleh almarhum Muridan dan dirinya dengan dukungan
lembaga yang hebat di tingkat nasional dan internasional akan gagal
menjadi solusi, bila tak ada kemauan dari Pemerintah. "Dialog hanya akan
berhasil kalau proses dan hasilnya dijalani sepenuhnya oleh para
pemimpin di Papua dan Pemerintah Indonesia," kata dia sebagaimana
dikutip dari Antara.
Menurut Pater Neles, sejauh ini masih ada rumusan yang berbeda antara Pemerintah Pusat dengan para pemimpin dan orang di Papua soal kondisi di Pulau Cendrawasih ini. "Dialog haruslah membangun kesepahaman antara Pemerintah Pusat dan orang Papua tentang apa akar persoalan yang terjadi.
Baru sesudahnya, imbuh Pater Neles, para pihak menegosiasikan apa jawaban atas persoalan yang mereka rumuskan. Tujuan JDP, kata dia, adalah merumuskan agenda, mekanisme dan format dialog. Soal putusan itu sendiri, para pihak yang akan berdialog yang akan memutuskannya.
"Dalam bayangan saya Pemerintah Pusat harus punya sebuah gagasan yang dikedepankan serta didorong untuk menghasilkan kesepakatan politik baru," kata Pater Neles. Kesepakatan politik dan konsesi dengan tujuan meretas akar konflik Papua, menurut dia akan melahirkan Pemerintah "baru" dan Papua "baru".
Mengenang Muridan
Pater Neles mengatakan sampai sekarang belum ada pengganti untuk sosok Muridan Satrio Widjojo yang mangkat pada 8 Maret 2014. Posisi Ketua JDP pun masih kosong. Namun, ujar dia, tetap figur untuk menggantikan posisi Muridan akan menjadi pembahasan bersama para anggota JDP.
"Kami belum bisa putuskan sepeninggal almarhum Muridan sebagai pengganti ketua JDP di Jakarta. Kami akan bicarakan itu, apakah cari orang yang sama sepertinya, sosok lain, atau dengan cara dan bentuk yang beda," kata Pater Neles.
Pada Kamis (24/4/2014), sejumlah peneliti dan akademisi bersama para tokoh politik, agama, adat, dan aktivisi LSM di Papua menggelar peringatan 40 hari kematian Muridan. Pater Neles mengatakan kegiatan tersebut sengaja dibuat untuk menggelorakan semangat dialog damai yang sudah digagas oleh mendiang peneliti LIPI.
"Bagi kami, Muridan itu seorang peneliti bahkan lebih. Dia pantas mendapat julukan pahlawan perdamaian untuk Papua. Padahal dia bukan orang Papua, tinggal di Jakarta, kerja di sana tetapi punya hati untuk carikan cara sejahterahkan orang Papua lewat dialog damai," kata Pater Neles.
Kegiatan diskusi publik untuk mengenang Muridan tersebut berlangsung di kampus STFT Fajar Timur Padang Bulan Kota Jayapura. Tema yang diangkat adalah "Dialog Sebagai Jalan Damai Papua - guna memperingati 40 hari mendiang Almarhum DR Muridan Satrio Widjojo".
Di antara para tokoh yang hadir adalah Suma Riella Mudiatti, istri Almarhum Muridan; Adriana Elisabeth dan Cayo Pamungkas, peneliti asal LIPI; Latifah Anum Sirega direktris AlDP; Bagus Ekodanto mantan Kapolda Papua; Pastor Jhon Jongga; dan rekan-rekan almarhum Muridan.
JDP dinyatakan berdiri secara resmi pada Februari 2010, bersamaan dengan pertemuan pertama JDP. Sebelumnya, beragam dialog soal Papua sudah berlangsung secara sporadis dan terpisah. Dari laman JDP, visi kelompok ini adalah mendukung konsultasi antar-Papua dan membantu Papua menyiapkan proses dialog potensial dengan pemerintah pusat, dengan misi mewujudkan keadilan yang bermartabat bagi rakyat Papua secara keseluruhan.
Menurut Pater Neles, sejauh ini masih ada rumusan yang berbeda antara Pemerintah Pusat dengan para pemimpin dan orang di Papua soal kondisi di Pulau Cendrawasih ini. "Dialog haruslah membangun kesepahaman antara Pemerintah Pusat dan orang Papua tentang apa akar persoalan yang terjadi.
Baru sesudahnya, imbuh Pater Neles, para pihak menegosiasikan apa jawaban atas persoalan yang mereka rumuskan. Tujuan JDP, kata dia, adalah merumuskan agenda, mekanisme dan format dialog. Soal putusan itu sendiri, para pihak yang akan berdialog yang akan memutuskannya.
"Dalam bayangan saya Pemerintah Pusat harus punya sebuah gagasan yang dikedepankan serta didorong untuk menghasilkan kesepakatan politik baru," kata Pater Neles. Kesepakatan politik dan konsesi dengan tujuan meretas akar konflik Papua, menurut dia akan melahirkan Pemerintah "baru" dan Papua "baru".
Mengenang Muridan
Pater Neles mengatakan sampai sekarang belum ada pengganti untuk sosok Muridan Satrio Widjojo yang mangkat pada 8 Maret 2014. Posisi Ketua JDP pun masih kosong. Namun, ujar dia, tetap figur untuk menggantikan posisi Muridan akan menjadi pembahasan bersama para anggota JDP.
"Kami belum bisa putuskan sepeninggal almarhum Muridan sebagai pengganti ketua JDP di Jakarta. Kami akan bicarakan itu, apakah cari orang yang sama sepertinya, sosok lain, atau dengan cara dan bentuk yang beda," kata Pater Neles.
Pada Kamis (24/4/2014), sejumlah peneliti dan akademisi bersama para tokoh politik, agama, adat, dan aktivisi LSM di Papua menggelar peringatan 40 hari kematian Muridan. Pater Neles mengatakan kegiatan tersebut sengaja dibuat untuk menggelorakan semangat dialog damai yang sudah digagas oleh mendiang peneliti LIPI.
"Bagi kami, Muridan itu seorang peneliti bahkan lebih. Dia pantas mendapat julukan pahlawan perdamaian untuk Papua. Padahal dia bukan orang Papua, tinggal di Jakarta, kerja di sana tetapi punya hati untuk carikan cara sejahterahkan orang Papua lewat dialog damai," kata Pater Neles.
Kegiatan diskusi publik untuk mengenang Muridan tersebut berlangsung di kampus STFT Fajar Timur Padang Bulan Kota Jayapura. Tema yang diangkat adalah "Dialog Sebagai Jalan Damai Papua - guna memperingati 40 hari mendiang Almarhum DR Muridan Satrio Widjojo".
Di antara para tokoh yang hadir adalah Suma Riella Mudiatti, istri Almarhum Muridan; Adriana Elisabeth dan Cayo Pamungkas, peneliti asal LIPI; Latifah Anum Sirega direktris AlDP; Bagus Ekodanto mantan Kapolda Papua; Pastor Jhon Jongga; dan rekan-rekan almarhum Muridan.
JDP dinyatakan berdiri secara resmi pada Februari 2010, bersamaan dengan pertemuan pertama JDP. Sebelumnya, beragam dialog soal Papua sudah berlangsung secara sporadis dan terpisah. Dari laman JDP, visi kelompok ini adalah mendukung konsultasi antar-Papua dan membantu Papua menyiapkan proses dialog potensial dengan pemerintah pusat, dengan misi mewujudkan keadilan yang bermartabat bagi rakyat Papua secara keseluruhan.
0 komentar:
SPEAK UP YOUR MIND
TELL US WHAT YOU'RE THINKING... !