Siapa yang tidak mengenal burung Cenderawasih, burung dengan bulunya
yang kuning emas dan coklat, dengan leher hijau zamrud itu layak disebut
sebagai "Bird of Paradise".
Tahukan kamu bahawa bulu indah tersebut adalah bulu milik Cenderawasih Jantan.
Keindahan warna bulu tersebut digunakan untuk menarik perhatian Cenderawasih
betina untuk berkembang biak. Saat ini populasi burung Cenderawasih sudah
sangat langka. Yang disebabkan oleh ulah manusia seperti menebang pohon dihutan
yang merupakan tempat tinggal mereka. tak kalah juga maraknya pemburuan liar
burung burung langka yang dijual belikan untuk kesenangan pribadi oknum
kolektor burung.
Selain
sebagai maskot atau identitas provinsi papua, masyarakat di Papua juga
menggunakan bulu burung Cenderawasih sebagai hiasan atau pelengkap pakaian adat
mereka. Begitu kental hubungan antara burung cenderawasih dengan masyarakat
Papua, sehingga sebagian dari masyarakat papua meyakini, bahwa burung
cenderawasih merupakan titisan dari bidadari surga. Namun tidak demikian dengan
masyarakat FakFak yang meyakini yang meyakini bahwa burung Cenderawasih
merupakan jelmaan dari seorang anak laki-laki berasal dari Fakfak bernama
Kweiya.
Penasaran
dengan cerita lengkapnya? Simak Cerita Rakyat Papua mengenai Asal - Usul Burung
Cenderawasih berikut ini.
---
Pada
zaman dahulu didaerah pegunungan Bumberi, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua
Barat tinggallah seorang perempuan tua dengan anjing perempuan kesayangannya.
Setiap hari perempuan tua tersebut mencari makan bersama anjingnya kehutan.
Pada suatu hari mereka berjalan amat jauh memasuki hutan untuk mencari makanan.
Karena hutan disekitar tempat tinggal mereka sudah tidak ada makanan yang bisa
mereka bawa pulang. Setelah perjalanan yang jauh mereka akhirnya tiba disuatu
tempat yang banyak ditumbuhi oleh pohon merah yang sedang berbuah lebat
(sejenis pohon pandan khas daerah papua). Tanpa berlama - lama perempuan tua
itu pun memetik buah merah yang sudah matang dan diberikannya kepada sang
anjing yang sudah terlihat sangat lapar. Maklum saja, mereka sudah berjalan
jauh dari rumah untuk mencari makanan. Si anjing pun melahap buah tersebut
untuk mengisi perutnya yang kosong.
Sungguh
tak disangka, beberapa saat setelah memakan buah merah tersebut si anjing
terlihat gelisah, dia bergerak, berlarian kesana kemari. Sang Perempuan tua
terdiam dan bingung melihat apa yang anjingnya lakukan. Ketika disadari
ternya perut si anjing kian membesar, dan seperti ada yang bergerak - gerak
dari dalam perut si anjing. Tak lama kemudian si anjing pun melahirkan seekor
anak anjing yang mungil dan lucu. Melihat kejadian tersebut sang nenek juga
bermaksud untuk memakan buah merah tersebut dan mendapatkan keturunan.
"Sungguh
ajaib buah merah ini, apakah buah ini bisa memberikanku keturunan seperti yang
dialami si anjing?" pikir sang perempuan tua itu.
Sang
Perempuan tua kemudian memetik beberapa buah merah lalu memakannya. Berharap
kejadian yang sama akan terjadi juga dengannya. Beberapa buah merah telah sang
Peremuan tua makan, tiba-tiba kejadian yang sama terjadi juga terhadapnya. Perutnya
kian lama kian membesar dan seperti ada yang bergerak - gerak didalamnya.
"Ohh,,,betapa
beruntungnya aku, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu. Aku harus segera
pulang kerumah" ujar sang perempuan tua.
Tepat
sesuai dengan dugaan sang perempuan tua, sesampainya dirumah perutnya yang
sedari perjalanan tadi semakin membesar dan membesar kini terasa mulai mulas.
Beberapa saat kemudian sang perempuan tua melahirkan seorang bayi laki - laki
yang lucu.
"Oooee...ooee".
Tangis sang bayi meraung -raung. Bayi laki - laki tersebut diberi nama
Kweiya.
Sepuluh
tahun kemudian, Kweiya telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah. Dia sangat rajin
membantu ibunya untuk membuka hutan kemudian dijadikan ladang sayur-mayur. Hal
ini dia lakukan agar sang ibu tidak lagi berkeliling kedalam hutan untuk
mencari makanan. Kweiya hanya bisa menebang satu pohon saja setiap harinya,
karena dia hanya menggunakan kapak yang terbuat dari batu. Sedangkan ibunya
yang sudah tua hanya bisa membantunya dengan membakar daun - daun dari pohon
yang ditebang. Daun - daun yang dibakar setiap harinya menimbulkan asap tebal
yang membumbung tinggi ke atas. Tidak disangka asap tebal tersebut membuat
seorang pria tua yang sedang mengail disungai penasaran.
"Darimana
asal asap tebal itu? Siapakah gerangan yang membakar hutan?" gumam pria
tua tersebut.
Dengan
penasaran dan berbagai macam yang dia pikirkan, pria tua itu memberanikan diri
memasuki hutan untuk mencari dari mana asap itu keluar. Setelah menempuh
perjalanan yang melelahkan, sampailah pria tua itu pada sumber dimana asap itu
keluar. Terlihat seorang pemuda tampan yang tengah menebang pohon besar dibawah
terik matahari. Pria tua berjalan menghampiri pemuda yang tak menyadari
kedatangannya tersebut.
"Weing
weinggiha pohi (selamat pagi) anak muda", sapa pria tua tersebut.
"Siapa kamu dan mengapa kamu menebang hutan disini?" tanya pria tua
tersebut.
Sontak
pemuda itu terkejut. Kemudian dia menyadari bahwa ada seorang Pria tua yang
datang menghapirinya.
"Nama
saya Kweiya, Saya sedang membantu ibu saya untuk membuatkannya kebun
sayur", jawab Kweiya.
Melihat
Kweiya yang menebang pohon menggunakan kapak batu, si pria tua memberikan kapak
besinya untuk digunakan menebang pohon.
"Agar
lebih cepat menebang pohon, ambilah kapak besi ini", kata pria tua itu.
"Terima
kasih pak", jawab Kweiya.
Dalam
waktu singkat Kweinya telah merobohkan beberapa pohon besar. Kemudian dia
bergegas pulang kerumah, sesampainya dirumah Kweinya menceritakan hasil
pekerjaannya kepada ibunya. ibunya sangat terheran.
"Alat
apa yang kau gunakan nak, sehingga kamu bisa dengan cepat menebang pohon -pohon
itu?", tanya ibu Kweiya.
Kweiya
terdiam sejenak.
"Aku
tidak tahu juga ibu, nampaknya tanganku terasa sangat ringan ketika memegang
kapak. Sehingga aku bisa menebang pohon dengan cepat", jawab Kweiya yang
tak ingin ibunya tahu tentang kapak besi yang diberikan pria tua tersebut.
Mendengar
jawaban dari Kweiya, sang ibu pun percaya mengenai hal tersebut. Sementara itu
Kweiya meminta ibunya untuk memasak makanan yang banyak besok. Rupanya Kweiya
mempunyai ide untuk mengajak pria tua yang baik tersebut pulang kerumah untuk
makan bersama dan mengenalkannya kepada ibunya.
"Bu,
besok Kweiya minta ibu memasak makanan yang banyak ya?", pinta Kweiya.
"Iya
nak", jawab sang ibu.
Keesokan
harinya seperti yang diminta anaknya, sang ibu memasak makanan yang banyak
dirumah. Ketika perjalanan pulang kerumah, Kweiya membungkus sang pria tua
dengan pohon tebu beserta daunnya, Kweiya ingin memberikan kejutan kepada
ibunya. Bungkusan tebu tersebut lantas Kweiya letakkan didepan pintu rumah.
Kweiya kemudian masuk kedalam rumah. Kemudian dia meminta ibunya untuk
mengambilkan tebu didepan rumah karena dia sangat haus.
"Ibu..aku
sangat haus sekali, tolong ambilkan tebu didepan pintu itu", ujar Kweiya.
Ibu
Kweiya menuruti permintaan sang anak, berjalanlah ia mengambil tebu didepan
pintu. Betapa terkejutnya sang ibu melihat ada seorang pria tua diantara batang
tebu tersebut. Seketika itu juga sang ibu berlari ketakutan masuk kedalam
rumah.
"Siapakah
pria tua itu, nak?. Kenapa dia berada didalam bungkusan tebu?", tanya ibu
Kweiya.
"Maafkan
aku, bu", ucap Kweiya. "Aku tak bermaksud menakuti ibu, pria tua
inilah yang menolongku menebang pohon dihutan. Aku mohon ibu mau menerimanya
sebagai teman hidup", lanjut Kweiya sambil tersenyum.
Sang
ibu terdiam, kemudian beliau mengangguk tanda bahwa dia menerima permintaan
anaknya. Sejak saat itulah pria tua itu tinggal bersama mereka.
Beberapa
tahun kemudian, sang ibu melahirkan dua anak laki - laki dan seorang anak
perempuan. Kweiya selalu menganggap mereka seperti adik kandung sendiri, Namun
tidak dengan kedua saudara laki-laki Kweiya, mereka sangat iri kepada Kweiya
karena ibunya selalu memberikan perhatian lebih kepadanya.
Pada
suatu hari ketika kedua orang tua mereka sedang berkebun, kedua saudara
laki-laki Kweiya memukuli Kweiya hingga luka - luka. Kweiya tak ingin membalas
dendam dengan kedua saudaranya tersebut, meskipun Kweiya sangat kesal. Untuk
menghilangkan rasa kesalnya Kweiya menyendiri di slah satu sudut pondok untuk
memintal benang dari kulit binatang. Benang tersebut nantinya akan Kweiya buat
menjadi sayap.
Selepas
pulang dari kebun, sang ibu tidak melihat Kweiya ada dirumah. Dengan rasa cemas
sang ibu pun bertanya kepada kedua anaknya yang lain.
"Dimanakah
saudara kalian Kweiya, anak-anakku?", tanya ibunya.
"Tidak
tahu, ibu", jawab mereka berdua serentak.
Keduanya
ternyata takut menceritakan perkelahian antara mereka dengan Kweiya yang
membuat Kweiya pergi dari rumah. Namun adik bungsu mereka yang melihat kejadian
tersebut menceritakan perkelahian antara mereka berdua dengan Kweiya kepada
kepada sang ibu. Betapa sedih dan kecewanya sang ibu mendengar cerita tersebut.
Sang ibu pun berteriak memanggil Kweiya untuk pulang kerumah. Bukan suara
Kweiya yang menjawab panggilan sang ibu, melainkan suara burung yang menyahut.
"Ek..ek..ek..ek..",
suara si burung.
Ternyata
suara tersebut berasal dari gesekan benang yang Kweiya jahitkan pada ketiak
tangannya. Kemudian selanjutnya Kweiya melompat keatas bubungan rumah dan
melompat ke dahan pohon besar. Rupanya Kweiya sudah menjelma menjadi seekor
burung nan elok dengan bulu - bulu yang indah menghiasi tubuhnya. Melihat
anaknya sudah menjadi seekor burung sang ibu menangis tersedu - sedu. Sambil
menangis sang ibu bertanya kepada Kweiya.
"Duhai
anakku, apakah engkau tidak menyisakkan sehelai benangpun untuk ibumu?",
tanya sang ibu kepada Kweiya.
"Benang
untuk ibu aku simpan di payung tikar", jawab Kweiya.
Sang
ibu berlari meuju payung tikar dan mencari benang yang disimpan oleh anaknya.
Benang tersebut berada disisipan payung tikar, dan kemudian sang ibu mulai
menjahitkan benang tersebut keketiak tangannya. Sang ibu yang menjelma menjadi
burung kemudian menyusul anaknya ke dahan pohon besar.
"Wong...wong..wong.!
Ko..ko..kok..!Wong..wik!, kedua burung itu saling bersiul bersahutan.
Kedua
adiknya yang menyaksikan hal tersebut pasrah ditinggalkan ibu dan kakaknya.
Mereka berdua berlari masuk kedalam rumah bertengkar dan saling menyalahkan.
Mereka berdua saling adu lempar abu tungku, seketika itu juga wajah dan tubuh
mereka berubah menjadi merah, hitam dan abu-abu. Mereka berdua berlari menuju
hutan menyusul kakak dan ibunya.
Sejak
saat itulah burung cenderawasih yang muncul di Kabupaten Fakfak memiliki warna
yang berbeda antara burung jantan dan betina. Burung Jantan cenderung memiliki
bulu yang lebih panjang. Dan didalam kekeayaan alam hutan rimba kabupaten
Fakfak terdapat berbagai jenis burung yang kalah menarik dibandingkan dengan
burung cenderawasih.
Sumber:http://webceritarakyatindonesia.blogspot.co.id/2014/12/asal-mula-burung-cenderawasih.html
Sumber:http://webceritarakyatindonesia.blogspot.co.id/2014/12/asal-mula-burung-cenderawasih.html
0 komentar:
SPEAK UP YOUR MIND
TELL US WHAT YOU'RE THINKING... !