Headlines News :
Home » , , » Asal – Usul Burung Cendrawasih ( Bird Of Paradise )

Asal – Usul Burung Cendrawasih ( Bird Of Paradise )

Written By Unknown on Tuesday, June 28, 2016 | 11:25 AM


Foto : ist/google
Siapa yang tidak mengenal burung Cenderawasih, burung dengan bulunya yang kuning emas dan coklat, dengan leher hijau zamrud itu layak disebut sebagai "Bird of Paradise". Tahukan kamu bahawa bulu indah tersebut adalah bulu milik Cenderawasih Jantan. Keindahan warna bulu tersebut digunakan untuk menarik perhatian Cenderawasih betina untuk berkembang biak. Saat ini populasi burung Cenderawasih sudah sangat langka. Yang disebabkan oleh ulah manusia seperti menebang pohon dihutan yang merupakan tempat tinggal mereka. tak kalah juga maraknya pemburuan liar burung burung langka yang dijual belikan untuk kesenangan pribadi oknum kolektor burung.


Selain sebagai maskot atau identitas provinsi papua, masyarakat di Papua juga menggunakan bulu burung Cenderawasih sebagai hiasan atau pelengkap pakaian adat mereka. Begitu kental hubungan antara burung cenderawasih dengan masyarakat Papua, sehingga sebagian dari masyarakat papua meyakini, bahwa burung cenderawasih merupakan titisan dari bidadari surga. Namun tidak demikian dengan masyarakat FakFak yang meyakini yang meyakini bahwa burung Cenderawasih merupakan jelmaan dari seorang anak laki-laki berasal dari Fakfak bernama Kweiya. 
Penasaran dengan cerita lengkapnya? Simak Cerita Rakyat Papua mengenai Asal - Usul Burung Cenderawasih berikut ini.

---

Pada zaman dahulu didaerah pegunungan Bumberi, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat tinggallah seorang perempuan tua dengan anjing perempuan kesayangannya. Setiap hari perempuan tua tersebut mencari makan bersama anjingnya kehutan. Pada suatu hari mereka berjalan amat jauh memasuki hutan untuk mencari makanan. Karena hutan disekitar tempat tinggal mereka sudah tidak ada makanan yang bisa mereka bawa pulang. Setelah perjalanan yang jauh mereka akhirnya tiba disuatu tempat yang banyak ditumbuhi oleh pohon merah yang sedang berbuah lebat (sejenis pohon pandan khas daerah papua). Tanpa berlama - lama perempuan tua itu pun memetik buah merah yang sudah matang dan diberikannya kepada sang anjing yang sudah terlihat sangat lapar. Maklum saja, mereka sudah berjalan jauh dari rumah untuk mencari makanan. Si anjing pun melahap buah tersebut untuk mengisi perutnya yang kosong.



Sungguh tak disangka, beberapa saat setelah memakan buah merah tersebut si anjing terlihat gelisah, dia bergerak, berlarian kesana kemari. Sang Perempuan tua terdiam dan  bingung melihat apa yang anjingnya lakukan. Ketika disadari ternya perut si anjing kian membesar, dan seperti ada yang bergerak - gerak dari dalam perut si anjing. Tak lama kemudian si anjing pun melahirkan seekor anak anjing yang mungil dan lucu. Melihat kejadian tersebut sang nenek juga bermaksud untuk memakan buah merah tersebut dan mendapatkan keturunan. 

"Sungguh ajaib buah merah ini, apakah buah ini bisa memberikanku keturunan seperti yang dialami si anjing?" pikir sang perempuan tua itu. 

Sang Perempuan tua kemudian memetik beberapa buah merah lalu memakannya. Berharap kejadian yang sama akan terjadi juga dengannya. Beberapa buah merah telah sang Peremuan tua makan, tiba-tiba kejadian yang sama terjadi juga terhadapnya. Perutnya kian lama kian membesar dan seperti ada yang bergerak - gerak didalamnya.

"Ohh,,,betapa beruntungnya aku, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu. Aku harus segera pulang kerumah" ujar sang perempuan tua.

Tepat sesuai dengan dugaan sang perempuan tua, sesampainya dirumah perutnya yang sedari perjalanan tadi semakin membesar dan membesar kini terasa mulai mulas. Beberapa saat kemudian sang perempuan tua melahirkan seorang bayi laki - laki yang lucu.

"Oooee...ooee". Tangis sang bayi meraung -raung. Bayi laki - laki tersebut diberi nama Kweiya. 

Sepuluh tahun kemudian, Kweiya telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah. Dia sangat rajin membantu ibunya untuk membuka hutan kemudian dijadikan ladang sayur-mayur. Hal ini dia lakukan agar sang ibu tidak lagi berkeliling kedalam hutan untuk mencari makanan. Kweiya hanya bisa menebang satu pohon saja setiap harinya, karena dia hanya menggunakan kapak yang terbuat dari batu. Sedangkan ibunya yang sudah tua hanya bisa membantunya dengan membakar daun - daun dari pohon yang ditebang. Daun - daun yang dibakar setiap harinya menimbulkan asap tebal yang membumbung tinggi ke atas. Tidak disangka asap tebal tersebut membuat seorang pria tua yang sedang mengail disungai penasaran. 

"Darimana asal asap tebal itu? Siapakah gerangan yang membakar hutan?" gumam pria tua tersebut.

Dengan penasaran dan berbagai macam yang dia pikirkan, pria tua itu memberanikan diri memasuki hutan untuk mencari dari mana asap itu keluar. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, sampailah pria tua itu pada sumber dimana asap itu keluar. Terlihat seorang pemuda tampan yang tengah menebang pohon besar dibawah terik matahari. Pria tua berjalan menghampiri pemuda yang tak menyadari kedatangannya tersebut.

"Weing weinggiha pohi (selamat pagi) anak muda", sapa pria tua tersebut. "Siapa kamu dan mengapa kamu menebang hutan disini?" tanya pria tua tersebut.

Sontak pemuda itu terkejut. Kemudian dia menyadari bahwa ada seorang Pria tua yang datang menghapirinya. 

"Nama saya Kweiya, Saya sedang membantu ibu saya untuk membuatkannya kebun sayur", jawab Kweiya.

Melihat Kweiya yang menebang pohon menggunakan kapak batu, si pria tua memberikan kapak besinya untuk digunakan menebang pohon. 

"Agar lebih cepat menebang pohon, ambilah kapak besi ini", kata pria tua itu.
"Terima kasih pak", jawab Kweiya.

Dalam waktu singkat Kweinya telah merobohkan beberapa pohon besar. Kemudian dia bergegas pulang kerumah, sesampainya dirumah Kweinya menceritakan hasil pekerjaannya kepada ibunya. ibunya sangat terheran.

"Alat apa yang kau gunakan nak, sehingga kamu bisa dengan cepat menebang pohon -pohon itu?", tanya ibu Kweiya.

Kweiya terdiam sejenak. 

"Aku tidak tahu juga ibu, nampaknya tanganku terasa sangat ringan ketika memegang kapak. Sehingga aku bisa menebang pohon dengan cepat", jawab Kweiya yang tak ingin ibunya tahu tentang kapak besi yang diberikan pria tua tersebut.

Mendengar jawaban dari Kweiya, sang ibu pun percaya mengenai hal tersebut. Sementara itu Kweiya meminta ibunya untuk memasak makanan yang banyak besok. Rupanya Kweiya mempunyai ide untuk mengajak pria tua yang baik tersebut pulang kerumah untuk makan bersama dan mengenalkannya kepada ibunya.

"Bu, besok Kweiya minta ibu memasak makanan yang banyak ya?", pinta Kweiya.
"Iya nak", jawab sang ibu.

Keesokan harinya seperti yang diminta anaknya, sang ibu memasak makanan yang banyak dirumah. Ketika perjalanan pulang kerumah, Kweiya membungkus sang pria tua dengan pohon tebu beserta daunnya, Kweiya ingin memberikan kejutan kepada ibunya. Bungkusan tebu tersebut lantas Kweiya letakkan didepan pintu rumah. Kweiya kemudian masuk kedalam rumah. Kemudian dia meminta ibunya untuk mengambilkan tebu didepan rumah karena dia sangat haus.

"Ibu..aku sangat haus sekali, tolong ambilkan tebu didepan pintu itu", ujar Kweiya.

Ibu Kweiya menuruti permintaan sang anak, berjalanlah ia mengambil tebu didepan pintu. Betapa terkejutnya sang ibu melihat ada seorang pria tua diantara batang tebu tersebut. Seketika itu juga sang ibu berlari ketakutan masuk kedalam rumah.

"Siapakah pria tua itu, nak?. Kenapa dia berada didalam bungkusan tebu?", tanya ibu Kweiya.
"Maafkan aku, bu", ucap Kweiya. "Aku tak bermaksud menakuti ibu, pria tua inilah yang menolongku menebang pohon dihutan. Aku mohon ibu mau menerimanya sebagai teman hidup", lanjut Kweiya sambil tersenyum. 

Sang ibu terdiam, kemudian beliau mengangguk tanda bahwa dia menerima permintaan anaknya. Sejak saat itulah pria tua itu tinggal bersama mereka.

Beberapa tahun kemudian, sang ibu melahirkan dua anak laki - laki dan seorang anak perempuan. Kweiya selalu menganggap mereka seperti adik kandung sendiri, Namun tidak dengan kedua saudara laki-laki Kweiya, mereka sangat iri kepada Kweiya karena ibunya selalu memberikan perhatian lebih kepadanya. 

Pada suatu hari ketika kedua orang tua mereka sedang berkebun, kedua saudara laki-laki Kweiya memukuli Kweiya hingga luka - luka. Kweiya tak ingin membalas dendam dengan kedua saudaranya tersebut, meskipun Kweiya sangat kesal. Untuk menghilangkan rasa kesalnya Kweiya menyendiri di slah satu sudut pondok untuk memintal benang dari kulit binatang. Benang tersebut nantinya akan Kweiya buat menjadi sayap.

Selepas pulang dari kebun, sang ibu tidak melihat Kweiya ada dirumah. Dengan rasa cemas sang ibu pun bertanya kepada kedua anaknya yang lain.

"Dimanakah saudara kalian Kweiya, anak-anakku?", tanya ibunya.
"Tidak tahu, ibu", jawab mereka berdua serentak.

Keduanya ternyata takut menceritakan perkelahian antara mereka dengan Kweiya yang membuat Kweiya pergi dari rumah. Namun adik bungsu mereka yang melihat kejadian tersebut menceritakan perkelahian antara mereka berdua dengan Kweiya kepada kepada sang ibu. Betapa sedih dan kecewanya sang ibu mendengar cerita tersebut. Sang ibu pun berteriak memanggil Kweiya untuk pulang kerumah. Bukan suara Kweiya yang menjawab panggilan sang ibu, melainkan suara burung yang menyahut.

"Ek..ek..ek..ek..", suara si burung.

Ternyata suara tersebut berasal dari gesekan benang yang Kweiya jahitkan pada ketiak tangannya. Kemudian selanjutnya Kweiya melompat keatas bubungan rumah dan melompat ke dahan pohon besar. Rupanya Kweiya sudah menjelma menjadi seekor burung nan elok dengan bulu - bulu yang indah menghiasi tubuhnya. Melihat anaknya sudah menjadi seekor burung sang ibu menangis tersedu - sedu. Sambil menangis sang ibu bertanya kepada Kweiya. 

"Duhai anakku, apakah engkau tidak menyisakkan sehelai benangpun untuk ibumu?", tanya sang ibu kepada Kweiya.
"Benang untuk ibu aku simpan di payung tikar", jawab Kweiya.

Sang ibu berlari meuju payung tikar dan mencari benang yang disimpan oleh anaknya. Benang tersebut berada disisipan payung tikar, dan kemudian sang ibu mulai menjahitkan benang tersebut keketiak tangannya. Sang ibu yang menjelma menjadi burung kemudian menyusul anaknya ke dahan pohon besar. 

"Wong...wong..wong.! Ko..ko..kok..!Wong..wik!, kedua burung itu saling bersiul bersahutan.

Kedua adiknya yang menyaksikan hal tersebut pasrah ditinggalkan ibu dan kakaknya. Mereka berdua berlari masuk kedalam rumah bertengkar dan saling menyalahkan. Mereka berdua saling adu lempar abu tungku, seketika itu juga wajah dan tubuh mereka berubah menjadi merah, hitam dan abu-abu. Mereka berdua berlari menuju hutan menyusul kakak dan ibunya. 

Sejak saat itulah burung cenderawasih yang muncul di Kabupaten Fakfak memiliki warna yang berbeda antara burung jantan dan betina. Burung Jantan cenderung memiliki bulu yang lebih panjang. Dan didalam kekeayaan alam hutan rimba kabupaten Fakfak terdapat berbagai jenis burung yang kalah menarik dibandingkan dengan burung cenderawasih.
Sumber:http://webceritarakyatindonesia.blogspot.co.id/2014/12/asal-mula-burung-cenderawasih.html


Share this article :

0 komentar:

SPEAK UP YOUR MIND

TELL US WHAT YOU'RE THINKING... !

 
Support : FREE WEST PAPUA | IPMAPA | OPM(Orang Papua Malang)
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. IPMAPA MALANG - All Rights Reserved
Template Design by Mr.YOGIX FWP Published by IPMAPA MALANG RAYA